Buat Timnas Indonesia, yang baru saja memenangkan leg kedua, selamat! Bagaimanapun sistem kompetisinya, kalian sudah bisa memenangkan pertandingan 2-1 di Senayan, melewati masa krisis tertinggal 0-1 dan serangkaian kegugupan karena beban dan tuntutan media. Namun, Timnas Indonesia tetaplah menjadi pemenang kali ini. Jangan lupa, timnas punya satu jasa besar lagi di penghujung tahun ini: berhasil mengeluarkan jiwa seorang pemenang dalam diri kita, orang Indonesia!
Katakan saja sejujurnya: kapan terakhir kali Anda BANGGA jadi orang Indonesia?Bagus kalau masih ingat, tapi kebanyakan pasti sudah lupa. Kalau ditanya, kapan terakhir kali Anda MALU jadi orang Indonesia? Pasti semua lancar menjawab! Waktu Mas Gayus tertangkap basah menonton tennis dengan wig-nya yang belah tengah itu, waktu kita tidak berdaya melihat TKW kita disiksa diluar negri, dan lain-lain. Sangat mudah untuk MALU jadi orang Indonesia bukan? Susah bangganya!
Nah, inilah salah satu lagi jasa kalian, wahai Timnas Sepakbola Indonesia. Kalian berhasil membuat sekian banyak orang BANGGA menjadi orang Indonesia! Di kawasan Niaga Sudirman Jakarta, di Bekasi, Bandung, bahkan Surabaya dan Jayapura; atau di dunia maya, Twitter, Facebook, Blackberry Messenger; saya melihat jutaan nuansa merah putih di sana-sini, dengan tulisan yang menggetarkan jiwa: Garuda di dadaku. Lihatlah food court di mall yang baru saja saya kunjungi: berbagai orang dari berbagai lapisan masyarakat, yang kulitnya coklat, putih, kuning, hitam, jerawatan atau bahkan penuh burik, semuanya campur baur menonton perjuangan kalian. Tidak ada satupun yang berani menarik bayaran, atau meminta kita membayar tiket. Kan kita semua sama: orang Indonesia! Kursi food court yang biasanya jadi rebutan kini dibagi dengan ramah, bahkan beberapa orang yang tidak saling mengenal duduk semeja nonton bersama. Kok bisa? Karena kita sama-sama BANGGA jadi orang Indonesia!
Dan itu semua adalah jasa kalian, Timnas Sepakbola Indonesia! Kalian memberi alasan bagi kami untuk BANGGA jadi orang Indonesia!
Hingar-bingar ini mengingatkan orang pada Piala Dunia di Jerman tahun 2006. Banyak orang di Indonesia tidak menyadari bahwa Jerman juga memiliki krisis identitas, krisis nasionalisme. Nasionalisme Jerman dalam Perang Dunia II pernah menjadi sebuah bentuk yang menakutkan dibawah kekuasaan Partai Nazi-nya Adolf Hitler. Sejak itu, orang Jerman seringkali merasa ‘malu’ menjadi orang Jerman. Walaupun negara Jerman kini adalah negara supermaju dengan ekonomi superkuat, tapi krisis identitas itu tetaplah ada. Nama ‘Jerman’ selalu melekat pada ‘Nazi’ sehingga segala setiap warga Jerman takut untuk menyandang nasionalisme Jerman, tidak bangga menjadi orang Jerman.
Piala Dunia 2006 di Jerman mengubah semuanya. Olah raga, khususnya sepak bola yang memang populer di Jerman, menjadi jawabannya. Tiba-tiba, dengan sarana sepak bola, orang Jerman boleh berbangga lagi menjadi orang Jerman. Bendera Jerman berkibar-kibar di seluruh negri, di mobil-mobil, dan kaus Timnas Jerman marak dimana-mana. Saya yang berkunjung ke Jerman pada waktu itu beruntung bisa melihat eforia yang positif ini. Bahkan saya baru tahu salah satu rekan saya ternyata orang Jerman, dari bendera yang tertancap di jendela mobilnya. “Yes, I am German!” katanya BANGGA. Tidak ada lagi ketakutan karena diasosiasikan oleh Nazi. Yang ada hanya kebanggaan sebagai penyelenggara Piala Dunia, walaupun hanya jadi pemenang ketiga setelah Jerman kalah dari Italia di Semifinal. Namun, berkahnya luar biasa, membuat orang Jerman bisa BANGGA lagi jadi orang Jerman.
Inilah juga berkah yang dibawa oleh Timnas Sepakbola Indonesia, membuat kita BANGGA jadi orang Indonesia!
Dengan ini, teriring juga pesan untuk para pemimpin negri ini. Lihatlah rakyatmu yang sudah begitu haus dengan nasionalisme! Lihatlah semua orang yang berbaur menjadi dua warna: merah dan putih, walaupun dalam sebuah even lingkup ASEAN saja! Lihatlah rakyatmu yang sudah bosan MALU mendengar berita-berita miring tentang negrinya, dan begitu rindu untuk BANGGA jadi orang Indonesia! Dan penampilan Timnas Sepakbola Nasional tahun ini berhasil menjawab kerinduan itu. Bagaimana caranya? Gampang: dengan bersungguh-sungguh!
Lihatlah kesungguhan Alfred Riedl dalam mengatur tim-nya. Lihatlah kesungguhan Irfan Bachdim, Gonzales, Nasuha, M. Ridwan, dan kawan-kawan, begitu mereka melihat jutaan orang mendukung mereka di kursi stadion. Saya yakin, walaupun Gonzales disogok milyaran rupiah untuk mengalah pada timnas Malaysia, atau Bambang Pamungkas disogok berkilo-kilo emas untuk membuat gol bunuh diri ke gawang Indonesia, tidak ada yang bergeming. Bahkan supporter pun tidak terpancing menggunakan laser di Senayan. Mengapa? Karena kesungguhan mereka, nasionalisme mereka, BANGGA-nya mereka menjadi orang Indonesia! Inilah benteng anti korupsi, benteng anti nepotisme, benteng anti kolusi yang sudah kita lupakan: NASIONALISME!
Ingat, bahwa bangsa ini dibangun hanya bermodalkan nasionalisme. Sebelum 1945, kita belum jadi satu bangsa. Kita terpecah-pecah, tersebar di ribuan pulau yang sulit berkomunikasi satu sama lain. Kita terbelah, kiri-kanan maupun atas-bawah. Namun, dengan hentakan pidato Bung Karno, serta gelombang pemikiran brilyan para bapak bangsa kita, jutaan manusia penghuni ribuan pulau ini bisa bersatu dibawah panji Indonesia. Bukan hanya itu, bahkan gerombolan manusia ini berani mendeklarasikan diri sebagai berbangsa satu, bertanah air satu, Indonesia! Lebih gilanya lagi, rombongan massa ini bisa membuat bahasa-nya sendiri: Bahasa Indonesia, yang kemudian digunakan oleh lebih dari 240 juta orang Indonesia. Sadarkah Anda? Kita satu-satunya bangsa di dunia yang berhasil membuat bahasa sendiri, tidak mencontek Inggris atau Belanda! Padahal, apa sih pengikat kita sebenarnya? Hanya sama-sama bekas jajahan Belanda! Lihatlah: berangkat dari sebuah ‘bekas jajahan’, nasionalisme berhasil membawa Indonesia menjadi sebuah bangsa. Itulah dahsyatnya nasionalisme!
Jadi, wahai pemimpin negri, kembalilah ke akar bangsa ini, kembalilah ke apa yang membuat kita kuat: Nasionalisme! Gaungkanlah semangatnya dimana-mana melalui olah raga. Uruslah sepak bola dengan benar, bulu tangkis harus terus dibina, semua cabang olah raga harap digarap dengan becus. Dan, kobarkanlah semangat nasionalisme dengan kata dan tindakan. Niscaya, bukan saja piala AFF atau Piala Asia, bahkan Piala Dunia-pun akan bisa kita raih. Mengapa tidak? Masakan dari 240 juta orang Indonesia kita tidak bisa menemukan 11 orang yang bisa main bola sampai juara?
Ayo teruskan perjuangan kalian Timnas Indonesia! Ingatkan lagi pada kami, betapa BANGGA-nya jadi orang Indonesia!
Jakarta, 29 Desember 2010
Wednesday, December 29, 2010
Subscribe to:
Posts (Atom)