Tapi, yuk sejenak kita renungkan. Coba bayangkan, Anda sudah sukses. Karir sudah penuh bintang. Rekening bank sudah... Yah.... Boleh dibilang chubby. Gak gendut-gendut amat, tapi gak melarat pastinya. Rumah sepuluh. Mobil bejibun. Anak-anak kuliah di Amerika. Harusnya, Anda menjadi orang bahagia, bukan? Sejahtera, duduk ongkang kaki. Ngobrol sana-sini, menikmati hasil merangkak puluhan tahun dari trottoir ke kursi empuk sekarang ini. Sesekali dipanggil seminar, banyak kali diundang nikahan pegawai rendahan. "Apa resep bisa sukses seperti Bapak?" tanya sang pegawai sambil menyeka peluh karena budget cekak tidak bisa sewa AC. "Kerja keras Dik, banyak berdoa, dan pantang menyerah!" begitu meluncur dari balik kumis. Bahagia bukan?
Di alam ideal, maka yang bersangkutan akan tersenyum rela, mandheg pandhito, mundur demi bangsa. Toh lumbung sudah penuh sampai puncak atapnya. Sudahlah, masak satu negara repot gara-gara saya.
Tapi, kok yang kita lihat di dunia nyata nggak begitu ya?
Maaf, ini bukan salah yang punya kumis atau yang rambutnya cepak. Ini salah Punjabi! Kok Punjabi? Karena semua ide ini datangnya dari sinetron!
Ketika datang tawaran sebuah jabatan, bak adegan sinetron, seorang rekan tergopoh-gopoh membawa berita. "Pak, Bapak akan diangkat jadi pimpinan!". Bayangkan wajah Dude Herlino, terbelalak bangga, dengan senyum. Lalu, muncul suara sambil wajah Dude di-close up. "Asiiik! Aku akan jadi pimpinan! Luar biasa! Aku bisa melakukan apa saja yang aku mau! HAHAHAHA"
Namun, lamunannya membuyar ketika seseorang nyebelin - katakanlah diperankan oleh Eeng Saptahadi - tergopoh-gopoh membawa berita lain. "Pak, pengangkatan Bapak tidak jadi. Malah, Bapak mau dimasukkan ke penjara!"
Wajah Dude pun berubah. Jadi sedih. Takut. Manyun. Cemberut. "Hah? Masuk penjara? Siapa yang menzolimi aku begini? Mengapa bisa begini? TIDAAAAAK!!!"
Adegan berikutnya tentu sang tokoh sedang menunaikan shalat. Berdoa pada Yang Kuasa.
Setelah itu, lalu ia bangkit, dan mulai lagi ada narasi suara, seiring dengan wajahnya yang mengeras. "Aku tidak boleh menyerah! Jabatan itu adalah hakku! Itu adalah rejekiku! Aku harus melawan!". Biar lebay, ia menonjok tembok sampai tangannya berdarah.
Maka, iapun berjuang. Menuntut balik. Marah-marah. Mengangkat kepalan keatas, meninju langit sebagai lambang perlawanan. Sikat! Serang! Seorang wanita cantik nampak mengikuti dari belakang. "Aku tahu Mas, kamu pasti bisa..." Bisiknya. Hmmm, dari dandanannya sudah ketahuan, ini orang gak bener nih!
Akhirnya, kisah pun tidak kunjung selesai karena sebelum sidang pertama dimulai, yang bersangkutan jatuh miskin, mendadak buta, lalu masuk rumah sakit, rujuk dengan istrinya, kemudian kembali kaya lagi. Begitu berulang, sampai tidak terasa, lima tahun berlalu!
Apa yang dihasilkan? Bendungan? Jalan? Kereta api?
Bukan. Putri Yang Ditukar dan Tersanjung 27!
Betul kan apa kata saya. Salahkan Punjabi atas tragedi ini!
Sebuah satir. Kemiripan dengan dunia nyata hanya kebetulan belaka. Sumpah, ini ngarang semua! Foto diambil dari berita2bahasa.com
Harnaz
Bantengnya manaaaaa
ReplyDelete